Freeport
freeporttrik-telkomsel.com |
Pada tahun 1904-1905 suatu lembaga swasta dari Belanda Koninklijke
Nederlandsche Aardrijkskundig Genootschap (KNAG) yakni Lembaga Geografi
Kerajaan Belanda, menyelenggarakan suatu ekspedisi ke Papua Barat Daya
yang tujuan utamanya adalah mengunjungi Pegunungan Salju yang konon
kabarnya ada di Tanah Papua.
Peta wilayah Papua pertama kali dibuat dari hasil ekspedisi militer ke
daerah ini pada tahun 1907 hingga 1915. Ekspedisi-ekspedisi militer ini
kemudian membangkitkan hasrat para ilmuwan sipil untuk mendaki dan
mencapai pegunungan salju. Beberapa ekspedisi Belanda yang terkenal dipimpin oleh Dr. HA.Lorentz
dan Kapten A. Franzen Henderschee. Semua dilakukan dengan sasaran untuk
mencapai puncak Wilhelmina (Puncak Sudirman sekarang) pada ketinggian
4,750 meter.
Pada tahun 1936, Jean Jacques Dozy menemukan cadangan Ertsberg atau
disebut gunung bijih, lalu data mengenai batuan ini dibawa ke Belanda.
Setelah sekian lama bertemulah seorang Jan Van Gruisen – Managing
Director perusahaan Oost Maatchappij, yang mengeksploitasi batu bara di
Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengggara dengan kawan lamanya Forbes
Wilson, seorang kepala eksplorasi pada perusahaan Freeport Sulphur
Company yang operasi utamanya ketika itu adalah menambang belerang di
bawah dasar laut. Kemudian Van Gruisen berhasil meyakinkan Wilson untuk
mendanai ekspedisi ke gunung bijih serta mengambil contoh bebatuan dan
menganalisanya serta melakukan penilaian.
Freeport ternyata sudah lama mengincar Papua. Tahun 1959, perusahaan
Freeport Sulphur nyaris bangkrut karena tambang mereka di Kuba
dinasionalisasi oleh Fidel Castro. Dalam artikel itu disebut
berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap
Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan.
Di tengah kondisi perusahaan yang terancam hancur itu pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur menemui Direktur Pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen.
Gruisen bercerita dirinya menemukan laporan penelitian di Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Disebutkan tembaga di gunung ini tak perlu susah-susah digali. Ibarat kata tinggal meraup, karena tembaga berada di atas tanah.
Wilson tertarik dan mulai mengadakan survei ke Papua. Dia setengah gila kegirangan karena menemukan gunung itu tak hanya berisi tembaga tapi emas! Ya, dia menemukan gunung emas di Papua.
Di tengah kondisi perusahaan yang terancam hancur itu pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur menemui Direktur Pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen.
Gruisen bercerita dirinya menemukan laporan penelitian di Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Disebutkan tembaga di gunung ini tak perlu susah-susah digali. Ibarat kata tinggal meraup, karena tembaga berada di atas tanah.
Wilson tertarik dan mulai mengadakan survei ke Papua. Dia setengah gila kegirangan karena menemukan gunung itu tak hanya berisi tembaga tapi emas! Ya, dia menemukan gunung emas di Papua.
Tahun 1960, suasana di Papua tegang. Soekarno berusaha merebut Papua
dari Belanda lewat operasi militer yang diberi nama Trikora. Freeport
yang mau menjalin kerjasama dengan Belanda lewat East Borneo Company pun
belingsatan. Kalau Papua jatuh ke Indonesia bisa runyam urusannya.
Mereka jelas tak mau kehilangan gunung emas itu.
Wilson disebutkan berusaha meminta bantuan John F Kennedy. Tapi si Presiden AS itu malah kelihatan mendukung Soekarno. John pula yang mengirimkan adiknya Bob Kennedy untuk menekan pemerintah Belanda agar tak mempertahankan Papua. JFK juga yang mengancam Belanda akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II, terpaksa menurut.
Wilson disebutkan berusaha meminta bantuan John F Kennedy. Tapi si Presiden AS itu malah kelihatan mendukung Soekarno. John pula yang mengirimkan adiknya Bob Kennedy untuk menekan pemerintah Belanda agar tak mempertahankan Papua. JFK juga yang mengancam Belanda akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II, terpaksa menurut.
Kontrak Freeport pun buyar. Apalagi Soekarno selalu menolak perusahaan
asing menancapkan kaki mereka di Papua. Pada perusahaan minyak asing
yang sudah kadung beroperasi di Riau, Soekarno meminta jatah 60 persen
untuk rakyat Indonesia.
Tragedi September 1965 menghancurkan Soekarno. Dia yang keras menolak modal asing, digantikan Soeharto.
Setelah dilantik, Soeharto segera meneken pengesahan Undang-undang Penanaman Modal Asing pada 1967. Freepot menjadi perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Soeharto.
Setelah dilantik, Soeharto segera meneken pengesahan Undang-undang Penanaman Modal Asing pada 1967. Freepot menjadi perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Soeharto.
Pada awal periode pemerintahan Soeharto, pemerintah mengambil kebijakan
untuk segera melakukan berbagai langkah nyata demi meningkatkan
pembanguan ekonomi. Namun dengan kondisi ekonomi nasional yang terbatas
setelah penggantian kekuasaan, pemerintah segera mengambil langkah
strategis dengan mengeluarkan Undang-undang Modal Asing (UU No. 1 Tahun
1967).
Ditangan Soekarno, freeport tidak pernah ada.
0 komentar:
Posting Komentar