ISA kecil memang mungil. tidak mudah menyerah, walaupun berulang-ulang mengalami kekalahhan. apalagi jika dia bermain dengan temannya. Apapun mainannya, jarang dia menang.
Isa kecil juga bukan berasal dari keluarga yang berada, orang tua yang hanya sebagai petani, memaksa hidup apa adanya, rumah apa adanya, bahkan makanpun apa adanya. Sering jika sore hari, untuk makan saja susah, karena nasi sudah habis.
Isa Kecil adalah anak yang rajin. Dia rajin sekoalah, rajin belajar. Jarang sekali Isa absen atau tidak masuk kelas. Apalagi tidak masuk dengan tanpa alasan, sakit saja kalau masih bisa ditahan, Isa tetap masuk sekolah.
Namun dari pengalaman hidupnya itulah, dia banyak belajar. Belajar tentang kerasnya hidup. Belajar tentang menerima kekalahan, belajar tentang bertahan dari hinaan, belajar tentang sebuah kesabaran, dan dari lika-liku hidupnyam dia belajar caranya berdoa kepada Alloh. Belajar berdoa yang terus menerus.
suatu hari Isa sakit, iya sakit yang di deritanya hampir kambuh di setiap tahun. kata dokter si, sakit tipes, kalau sudah kena saikt ini bibir semuanya sariawan. kalau cuma satu atau dua masih mending. mungkin hampir di mulut itu terpenuhi dengan sariawan. karena makan bubur saja tidak bisa mengunyah, dan dari suapan sendok itu langsung tertelan ditenggorokan. pernah di suatu ketika sampai muntah, dan yang keluar dari mulutnya adalah ca**ng. sangat menderita si Isa.
Pernah pada suatu ketika, Isa diantarkan emaknya ke dokter. Sambil berjalan diatas jalan batu, Ibu berkata " memang sudah lama, hampir setahun ini nda sakit". y, memang emaknya sudah terbiasa dengan penyakit anaknya ini yang hampir setiap tahun kambuh. Isa dan emaknya terus menelusuri jalan terjal berbatu. memang, desa tempat tinggal Isa dan Emaknya masuk desa tertinggal. Jalan saja masing berupa batu sepanjang berkilo-kilo meter.
Untuk sekedar pergi ke Puskesmas saja, Isa harus berjalan sekitar 5 km. maklum, puskesmas yang ada di desa Isa jarang buka. tidak tahu bu bidan kemana. mungkin karena akses jalan yang susah, bu bidan yang berasal dari lain desa itu enggan untuk sering datang ke puskesmas desa kami.
setapak demi setapak Isa dan emaknya menelusuri jalan berbatu berkilo-kilo meter. belum lagi jalan tanjakan yang harus di lalui. semakin menguras tenaga Isa dan emaknya. sesampainya di Puskesmas rasa lelah dirasakan.
hari itu Isa memeriksakan sakitnya ke dokter. iya, Isa harus mengantri beberapa saat dengan pasien lainnya.
selesainya periksa dokter, pulangnya Isa harus menelusuri jalan yang sama. suatu perjuangan yang laur biasa. satu kilometer dari puskesmas menuju pulang. Isa dan Emaknya menelusuri jalan turun. di belakan terdengan suara motor 4 tak. Suaranya memang berisik.Terlihat dari kejauhan tetangga rumah Isa. Iya, ternyata benar. Itu tetangga rumahnya Isa.
si Pengendara motor mungkin juga tahu, di depan ada Isa dan Emaknya yang merupakan tetangga rumahnya sedang berjalan.
sehingga, kecepatan motor itu semakin pelan dan menghampiri Isa dan emaknya.
senyum Isa dan Emaknya, mudah-mudahan kami bisa ikut membonceng "bicara isa di dalam hati", sehingga dapat mengurangi beban tenaga.
Namun sayang, motor tua itu memang kecil, joknya pun kecil, maklum, motor tahun 70an. sehingga, hanya dapat diboncengi satu orang. dengan rela hati, Emaknya Isa hanya bisa menitipkan anaknya untuk ikut membonceng sampai rumahnya. itupun sudah bersyukur, emak bisa berjalan lebih cepat tanpat harus menggendong anaknya yang sedang sakit.
wer.... Isa pun membonceng motor tetangganya, meninggalkan emaknya yang berjalan kaki menelusuri jalan berbatu yang masih jauh berkilo-kilo meter. tak terasa Isa sudah sampai di rumah. Isa pulang dengan lebih cepat dari Emaknya.
Isa memang anak yang peduli dengan orang yang di sayanginya. walaupun sedang sakit, Isa masih memikirkan Emaknya yang tertinggal jauh berjalan kaki. tak sabar menunggu emaknya di rumah, Isa bergegas keluar rumah dan menunggunya di sawah milik emaknya. Sawah emaknya memang berada ditepi jalan. tempat lewatnya kemanapun orang kampung Isa bepergian.
Setengah jam kemudian, Isa melihat Emaknya sedang jalan, terlihat dari kejauhan. senyum Isa, karena Emaknya sudah datang. Emak yang tadi di khawatirkan karena berjalan sendirian. Isa takut Emaknya kelelahan.
Next.....
kata kunci : CERITA, ISA,
Isa kecil juga bukan berasal dari keluarga yang berada, orang tua yang hanya sebagai petani, memaksa hidup apa adanya, rumah apa adanya, bahkan makanpun apa adanya. Sering jika sore hari, untuk makan saja susah, karena nasi sudah habis.
Isa Kecil adalah anak yang rajin. Dia rajin sekoalah, rajin belajar. Jarang sekali Isa absen atau tidak masuk kelas. Apalagi tidak masuk dengan tanpa alasan, sakit saja kalau masih bisa ditahan, Isa tetap masuk sekolah.
Namun dari pengalaman hidupnya itulah, dia banyak belajar. Belajar tentang kerasnya hidup. Belajar tentang menerima kekalahan, belajar tentang bertahan dari hinaan, belajar tentang sebuah kesabaran, dan dari lika-liku hidupnyam dia belajar caranya berdoa kepada Alloh. Belajar berdoa yang terus menerus.
suatu hari Isa sakit, iya sakit yang di deritanya hampir kambuh di setiap tahun. kata dokter si, sakit tipes, kalau sudah kena saikt ini bibir semuanya sariawan. kalau cuma satu atau dua masih mending. mungkin hampir di mulut itu terpenuhi dengan sariawan. karena makan bubur saja tidak bisa mengunyah, dan dari suapan sendok itu langsung tertelan ditenggorokan. pernah di suatu ketika sampai muntah, dan yang keluar dari mulutnya adalah ca**ng. sangat menderita si Isa.
Pernah pada suatu ketika, Isa diantarkan emaknya ke dokter. Sambil berjalan diatas jalan batu, Ibu berkata " memang sudah lama, hampir setahun ini nda sakit". y, memang emaknya sudah terbiasa dengan penyakit anaknya ini yang hampir setiap tahun kambuh. Isa dan emaknya terus menelusuri jalan terjal berbatu. memang, desa tempat tinggal Isa dan Emaknya masuk desa tertinggal. Jalan saja masing berupa batu sepanjang berkilo-kilo meter.
Untuk sekedar pergi ke Puskesmas saja, Isa harus berjalan sekitar 5 km. maklum, puskesmas yang ada di desa Isa jarang buka. tidak tahu bu bidan kemana. mungkin karena akses jalan yang susah, bu bidan yang berasal dari lain desa itu enggan untuk sering datang ke puskesmas desa kami.
setapak demi setapak Isa dan emaknya menelusuri jalan berbatu berkilo-kilo meter. belum lagi jalan tanjakan yang harus di lalui. semakin menguras tenaga Isa dan emaknya. sesampainya di Puskesmas rasa lelah dirasakan.
hari itu Isa memeriksakan sakitnya ke dokter. iya, Isa harus mengantri beberapa saat dengan pasien lainnya.
selesainya periksa dokter, pulangnya Isa harus menelusuri jalan yang sama. suatu perjuangan yang laur biasa. satu kilometer dari puskesmas menuju pulang. Isa dan Emaknya menelusuri jalan turun. di belakan terdengan suara motor 4 tak. Suaranya memang berisik.Terlihat dari kejauhan tetangga rumah Isa. Iya, ternyata benar. Itu tetangga rumahnya Isa.
si Pengendara motor mungkin juga tahu, di depan ada Isa dan Emaknya yang merupakan tetangga rumahnya sedang berjalan.
sehingga, kecepatan motor itu semakin pelan dan menghampiri Isa dan emaknya.
senyum Isa dan Emaknya, mudah-mudahan kami bisa ikut membonceng "bicara isa di dalam hati", sehingga dapat mengurangi beban tenaga.
Namun sayang, motor tua itu memang kecil, joknya pun kecil, maklum, motor tahun 70an. sehingga, hanya dapat diboncengi satu orang. dengan rela hati, Emaknya Isa hanya bisa menitipkan anaknya untuk ikut membonceng sampai rumahnya. itupun sudah bersyukur, emak bisa berjalan lebih cepat tanpat harus menggendong anaknya yang sedang sakit.
wer.... Isa pun membonceng motor tetangganya, meninggalkan emaknya yang berjalan kaki menelusuri jalan berbatu yang masih jauh berkilo-kilo meter. tak terasa Isa sudah sampai di rumah. Isa pulang dengan lebih cepat dari Emaknya.
Isa memang anak yang peduli dengan orang yang di sayanginya. walaupun sedang sakit, Isa masih memikirkan Emaknya yang tertinggal jauh berjalan kaki. tak sabar menunggu emaknya di rumah, Isa bergegas keluar rumah dan menunggunya di sawah milik emaknya. Sawah emaknya memang berada ditepi jalan. tempat lewatnya kemanapun orang kampung Isa bepergian.
Setengah jam kemudian, Isa melihat Emaknya sedang jalan, terlihat dari kejauhan. senyum Isa, karena Emaknya sudah datang. Emak yang tadi di khawatirkan karena berjalan sendirian. Isa takut Emaknya kelelahan.
Next.....
kata kunci : CERITA, ISA,