Cari Blog Ini

Minggu, 25 Agustus 2024

DISEMINASI MODUL 1.4 TENTANG BUDAYA POSITIF DI GUGUS 01 KECAMATAN ARJASA KABUPATEN SITUBONDO

 BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

 


A. Latar Belakang 

Belum semua guru paham tentang penerapan inti konsep budaya positif di sekolah seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia,posisi kontrol guru, pembuatan keyakinan kelas/sekolah, dan penerapan segitiga restitusi. Diharapkan konsep inti dapat dipahami seluruh guru sehingga tercipta budaya positif di sekolah

B. Tujuan 

meningkatkan pemahaman budaya positif pada semua guru Terbentuknya motivasi intrinsik siswa untuk menerapkan keyakinan kelas

C. Tolak Ukur

terlaksananya desimenasi konsep inti budaya positif di sekolah Terbentuknya keyakinan kelas berdasarakn kesepakatan Siswa konsisten menjalankan keyakinan kelas Terlaksananya penyelesaian masalah menggunakan segitiga restitusi


D. Perubahan Paradigma Pembelajaran

Budaya positif di sekolah merupakan suatu kesadaran untuk melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai yang diyakini oleh dirinya sendiri berdasarkan nilai-nilai kebajikan/kebaikan universal yang disepakati bersama di sekolah.
contoh : kejujuran, tepat waktu, membuang sampah pada tempatnya.

Bahwa sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga  guru harus mengusahakan sekolah jadi lingkungan yang menyenangkan, menjaga, dan melindungi murid dari hal-hal yang tidak baik. Dengan demikian,  karakter murid akan tumbuh dengan baik. Sebagai contoh, murid yang tadinya malas menjadi semangat, bukan kebalikannya. Murid akan mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran bila lingkungan di sekelilingnya terasa aman dan nyaman. Selama seseorang merasakan tekanan-tekanan dari lingkungannya, maka proses pembelajaran akan sulit terjadi.

Salah satu tanggung jawab seorang guru adalah bagaimana menciptakan suatu lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung, saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan baik; dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga sekolah, dan pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan membentuk sebuah budaya positif.

Suatu lingkungan yang aman dan nyaman akan memberikan murid kesempatan dan kebebasan untuk berproses, belajar dan belajar lagi, sehingga mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran.

Standar Nasional Pendidikan: Lingkungan yang positif sangat diperlukan agar pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu: 
1) Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar yang:
a. interaktif;
b. inspiratif;
c. menyenangkan;
d. menantang;
e. memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan
f. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik.

KONSEP INTI BUDAYA POSITIF



1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan

Disiplin positif merupakan cara menerapkan budaya positif yang mengajarkan anak bertanggungjawab dan menumbuhkan kesadaran diri berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Disiplin positif lebih kearah disiplin diri yang dapat mengontrol diri dalam melakukan segala tindakan.

disiplin diri dapat membuat murid memahami dan menyadari bahwa disiplin positif yang dilakukan berasal dari motivasi intrinsik, bukan dari ekstrinsik (hukuman atau penghargaan)

 Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa :

“dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ”self discipline” yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka. 


(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka,  Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)

 untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat.

Motivasi internal: Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, kesadaran sendiri

Motivasi eksternal: Disiplin yang berasal dari luar (pihak lain), bukan dari dalam diri kita sendiri.

 Nilai-nilai Kebajikan Universal

Nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama, lepas dari suku bangsa, agama, bahasa maupun latar belakangnya. Nilai-nilai ini merupakan ‘payung besar’ dari sikap dan perilaku kita, atau nilai-nilai ini merupakan fondasi kita berperilaku.

Dr. William Glasser pada Teori Kontrol (1984), menyatakan bahwa setiap perbuatan memiliki suatu tujuan,

Diane Gossen (1998), mengemukakan bahwa dengan mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan.

 





2. Motivasi Perilaku Manusia

Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan kelas/sekolah, bilamana ada suatu pelanggaran, tentunya sesuatu harus terjadi.

Untuk itu kita perlu meninjau ulang tindakan penegakan peraturan atau keyakinan kelas/sekolah kita selama ini. Tindakan terhadap suatu pelanggaran pada umumnya berbentuk hukuman atau konsekuensi. Dalam Kegiatan ini akan diperkenalkan program disiplin positif yang dinamakan Restitusi. 

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004).

Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). 

Restitusi à Sebuah Cara Menanamkan disiplin positif Pada Murid

Ciri-ciri Restitusi dengan Program disiplin lainnya:

  1. Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan
  2. Restitusi memperbaiki hubungan
  3. Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan
  4. Restitusi menuntun untuk melihat ke dalam diri
  5. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan
  6. Restitusi diri adalah cara yang paling baik
  7. Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan
  8. Restitusi menguatkan
  9. Restitusi fokus pada solusi
  10. Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya

 3. Keyakinan Kelas

     Prosedur Pembentukan Keyakinan Kelas/Sekolah

  1. Mempersilakan warga sekolah atau murid-murid di sekolah/kelas untuk bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati
  2. Mencatat semua masukan-masukan para murid/warga sekolah di papan tulis atau di kertas besar (kertas ukuran poster)
  3. Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas’. Gantilah kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif. 
  4. Tinjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat.
  5. Tinjau ulang Keyakinan Sekolah/Kelas secara bersama-sama.
  6. Setelah keyakinan sekolah kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan sekolah/kelas
  7. Keyakinan Sekolah/Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas

 Kegiatan Kesepakatan dengan siswa membuat keyakinan kelas



PERBEDAAN PERATURAN KELAS DAN KEYAKINAN KELAS

NO

PERATURAN KELAS

KEYAKINAN KELAS

1.

Dilarang membuang sampah sembarangan

menjaga kebersihan

2.

Tidak berbicara pada saat guru menerangkan

Mendengarkan saat guru menerangkan

3.

Tidak boleh bermain didalam kelas

Tertib dalam kelas

4.

Dilarang makan didalam kelas

Makan pada waktu istirahat

5.

Tidak merusak fasilitas kelas

Menjaga fasilitas kelas

6.

Tidak boleh datang terlambat

Masuk kelas tepat waktu

7.

Dilarang berbicara kasar

Berbicra dengan sopan

8.

Dilarang mencontek

Mengerjakan dengan jujur

9.

Tidak boleh keluar kelas tanpa ijin guru

Meminta ijin ketika akan keluar kelas

10.

Tidak boleh memakai seragam selain ketentuan

Memakai seragam sesuai ketentuan

 

4. Kebutuhan Dasar Manusia

1). Kebutuhan Bertahan Hidup

     contoh: kesehatan, rumah dan makanan

2). Kasih sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk Diterima)

     contoh: teman. Keluarga, sekolah,dll.

3). Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan)

     contoh: mencapai sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil

4). Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan)

    contoh: memiliki pilihan, berpendapat

5). Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)

   contoh: bermain. Tertawa, tamasya dll.

 

5. Lima Posisi Kontrol

Berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol.

  1. Penghukum

        -”Patuhi aturan saya, atau awas !” 

        - “kamu selalu saja salah”               

        2.    Pembuat Merasa Bersalah

        -” “Ibu sangat kecewa sekali dengan kamu”!” 

        - “Berapa kali Bapak harus memberitahu kamu ya?”               

        3.   Teman

        -” Ayo ingat tidak bantuan Bapak selama ini?”

        - “Ya sudah kali ini tidak apa-apa. Nanti Ibu bantu bereskan”.               

        4.   Pemantau

        -” Apa yang telah kamu lakukan?”

        - “Sanksi atau konsekuensinya apa”               

        5.   Manajer

        -” Apa yang kita yakini?” (kembali ke keyakinan kelas) !” 

        - “jika kamu meyakininya, apakah kamu bersedia memperbaikinya?”                


6. Segi Tiga Restitusi


Sisi 1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity)

       Berbuat salah itu tidak apa-apa.

       Tidak ada manusia yang sempurna

       Saya juga pernah melakukan kesalahan seperti itu.

       Kita bisa menyelesaikan ini.

       Bapak/Ibu tidak tertarik mencari siapa yang salah, tapi Bapak/Ibu ingin mencari solusi dari permasalahan ini.

       Kamu berhak merasa begitu.

       Apakah kamu sedang menjadi teman yang baik buat dirimu sendiri?

Sisi 2. Validasi Tindakan yang Salah (Validate the Misbeh)

       “Padahal kamu bisa melakukan yang lebih buruk dari ini ya?”

       “Kamu pasti punya alasan mengapa melakukan hal itu”

       “Kamu patut bangga pada dirimu sendiri karena kamu telah melindungi sesuatu yang penting buatmu”.

       “Kamu boleh mempertahankan sikap itu, tapi kamu harus menambahkan sikap yang baru.”

Sisi 3. Menanyakan Keyakinan (Seek the Belief)

       Apa yang kita percaya sebagai kelas atau keluarga?

       Apa nilai-nilai umum yang kita telah sepakati?

       Apa bayangan kita tentang kelas yang ideal?

       Kamu mau jadi orang yang seperti apa?


Contoh Pelaksanaan segitiga restitusi


E. Lini Masa

Berkoordinasi dengan semua guru dan siswa melakukan diseminasi konsep inti budaya positif Menyusun keyakinan kelas

F.     Dukungan

Semua Guru Siswa Rekan Sejawat Wali Murid dll


G. Kesimpulan

Budaya positif disekolah membentuk Karakter murid, guru dan visi serta misi sekolah

Peran guru dalam menciptakan Budaya Positif di Sekolah

Seorang guru yang baik harus memiliki kemampuan dalam menciptakan budaya positif di sekolah